PALANGKA RAYA, Limadetik.com – Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) untuk wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) periode kepemimpinan 2018-2021, yang memasuki episode baru. Setelah dan sebelumnya sudah diadakan pemilihan Ketua IJTI Kalteng, pada Musda III yang diselenggarakan pada, Rabu (28/2/18) di aula Hotel Neo Palangka Raya.
Pada acara Musda tersebut, Ketua IJTI Pusat Yadi Herdriayana mengambil keputusan kontroversial dengan mengultimatumkan keputusan “Deadlock” karena belum mencapai kata mufakat dengan ditemukannya fakta bahwa salah satu kandidat calon ketua IJTI Kalteng seorang Jurnalis Metro Tv terindakasi dalam kepengurusan Partai NASDEM bahkan pernah mencalonkan diri sebagai anggota dewan.
Keputusan deadlock saat itu dinilai tepat, dan untuk menulusuri pelanggaran calon kandidat tersebut, maka setalah dijanjikan tiga bulan kedepan akan diadakan Musdalub IJTI Kalteng untuk menentukan nasib IJTI Kalimantan Tengah.
Namun sangat disayangkan janji pelaksanaan Musdalub IJTI Kalteng yang dilaksanakan pada, Sabtu (5/5/18) kemarin bertempat di ballroom hotel Luwansa Palangka Raya, tidak sebijak dugaan banyak pihak agar pemilihan Ketua IJTI Kalteng bisa berjalan jujur, adil, tanpa ada intervensi dan keberpihakan untuk memenangkan salah satu calon Ketua IJTI Kalteng.
Dan keputusan Deathlock yang diambil oleh ketua IJTI Pusat diprediksi bisa mengakomodir aspirasi para pemilih tanpa harus memihak salah calon ketua IJTI Kalteng, ternyata hanya keputusan yang penuh dengan muatan kepentingan untuk memenangkan tantowi jauhari jurnalis metro tv yang bersaing dengan ketua IJTI Kalteng sebelumnya H.Hamli Tulis Jurnalis ANTV.
Dan terbukti nuansa kecurangan dengan menghalalkan segala cara pun dilakukan, dari loby- loby yang diduga menggolontorkan uang dalam jumlah besar agar tantowi atau awi jurnalis Metro tv bisa terpilih menjadi ketua IJTI Kalteng dan menurut pengakuan pak tejo salah satu anggota pemuda pancasila kalimantan tengah dia dan rekan rekan dari ormas pemuda pancasila yang diterjunkan untuk mengamankan awi jurnalis Metro yang over protective karena merasa jiwanya terancam, sehingga bapak tejo mengatakan.
“Saya bersama rekan-rekan dibayar 1.500.000 rupiah untuk melakukan pengamanan acara Musdalub ini.” ujarnya.
Dirinya menegaskan, bahkan sampai pengamamanan prosedur penyelamatan atau Esacape, dinilai terlalu lebay dan berlebihan, ini diungkapkan oleh Ketua Umum LSR-LPMT Agatisansyah.
“Kita dan rekan rekan media yang ingin mencari bingung, karena pengawalan awi yang dimenangkan dan di duga ada pemaksaan dari ketua IJTI Pusat, karena melakukan sudden death dengan mengambil keputusan secara sepihak, tanpa memperhatikan Pasal Ad Art dan kode etika,” pungkas Agatisansyah.
Ia juga menambahkan, sangat menyesalkan pemilihan ketua Ijti yang ada dugaan sudah keberpihakan di seting agar tak ada yang boleh masuk dan menyaksikan pelanggaran pelanggaran calon ketua IJTI menurut ketua Lsr Lpmt Kalteng pemilihan ketua IJTI yang baru ini tidak sah.
“Menurut tarigan, jurnalis kompas tv yang melakukan aksi walk out bersama beberapa jurnalis televisi lainnya yang merasa keputusan tersebut terlalu dipaksakan, dalam pasal 6 dan 18 Ad Art IJTI, jelas disebutkan bahwa kandidat ketua akan gugur bila terlibat dalam partai,“ tukasnya.
Yang kecewa dengan keputusan ketua IJTI Pusat, sementara awi jurnalis metro yang berhasil dikeluarkan dari aula pertemuan dengan didramtisir oleh pihak berwajib, dan tidak bisa ditemui.
Ketua umum LSR-LPMT Kalteng dan dari kalangan media yang lainnya yang ingin meliput, seperti menteri atau presiden aja cara mengeluarkan ketua IJTI Kalteng yang baru.
“Padahal saya dan rekan rekan media hanya ingin mengucapkan selamat eh malah kabur dari pintu lain, ini jelas jangan ada dusta diantara kita,” pungkas agatis yang sangat heran dengan mekanisme pemilihan ketua IJTI Kalteng. (Ris/Irza)