Kompetensi Bukti Audit dalam Mendukung Keberhasilan Audit
Oleh : Nuriska Afifa Ismitaniar
Prodi: Akuntansi
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
__________________________
ARTIKEL – Dalam proses audit, selain pengalaman kerja dan keahlian auditor, kompetensi bukti audit juga mejadi senjata utama dalam keberhasilan audit. Kompetensi bukti audit sendiri merujuk pada kecukupan, kecocokan, dan kredibilitas bukti yang dikumpulkan selama proses audit. Bukti audit yang kompeten harus dapat mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang terkait dengan tujuan dan kesimpulan audit.
Selain itu, kompetensi bukti audit juga terkait dengan pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti audit yang kompeten sangat penting dalam memastikan keandalan informasi keuangan melalui proses audit.
Bukti audit dapat dikatakan kompeten, apabila sudah memenuhi komponen – komponen berikut ini.
1. Relevansi
Bukti audit harus relevan dengan tujuan audit. Artinya, bukti tersebut harus berhubungan secara langsung dengan aspek yang sedang diaudit dan memberikan informasi yang diperlukan untuk membentuk opini audit.
Contohnya, jika auditor sedang mengaudit ekuitas atau hutang, bukti berupa sertifikat saham atau surat utang dapat menjadi relevan. Ini membantu auditor dalam mengonfirmasi kepemilikan atau kewajiban yang dilaporkan.
2. Keandalan atau Reliability
Informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki kredibilitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Semakin tinggi tingkat keandalan bukti, semakin kuat kepercayaan auditor terhadap kesimpulannya.
Contohnya, auditor meminta konfirmasi langsung dari pelanggan terkait saldo piutang. Jika konfirmasi diterima langsung dari pihak ketiga, keandalan bukti meningkat karena ada bukti langsung dari sumber independen yang dapat dipercaya.
3. Kompetensi Sumber Bukti
Beberapa bukti harus berasal dari sumber yang kompeten dan dapat dipercaya. Sumber bukti yang kompeten umumnya memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup dalam bidangnya.
Ini dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi risiko, dan menilai pihak yang sedang diaudit, sehingga informasi yang didapatkan bisa dipertanggungjawabkan.
4. Cukup dan Memadai
Kuantitas dan kualitas bukti harus mencukupi untuk memberikan dasar yang memadai bagi auditor dalam membuat keputusan atau memberikan opini, dalam artian bukti audit harus sesuai dengan standar yang berlaku yang memberikan pedoman evaluasi bukti.
5. Konsistensi dan Kesesuaian Bukti
Konsistensi bukti audit membantu memastikan bahwa temuan audit yang dihasilkan adalah konsisten dengan fakta dan keadaan yang sebenarnya. Jika bukti yang diperoleh tidak konsisten, maka akan timbul keraguan tentang keandalan dan keabsahan kesimpulan audit.
6. Reproduktibilitas dan Pemeriksaan Ulang
Reproduktibilitas mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan hasil audit yang sama jika proses audit diulang dengan menggunakan metode yang sama oleh pihak lain atau auditor yang berbeda, untuk menunjukka bahwa bukti-bukti yang diperoleh dan diproses dapat diandalkan dan konsisten.
Sementara itu, pemeriksaan ulang bukti audit melibatkan penelusuran kembali jejak audit atau catatan yang mencatat proses audit untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam proses audit.
Jika hal yang tekah dijabarkan sebelumnya membahas tentang bagaimana standar dan ukuran yang baik bagi sebuah bukti audit, maka perlu diketahui bahwa ada beberapa proses audit yang memiliki dampak langsung terhadap kompetensi bukti audit, yakni sebagai berikut.
1. Perencanaan Audit
Hal ini berkaitan dengan penetapan tujuan dan ruang lingkup audit serta bagaimana auditor melakukan sampling. Definisi yang jelas terkait tujuan dan lingkup audit dapat membantu dalam hal relevansi bukti audit. Sementara itu, sampel yang dipilih harus dapat mewakili populasi dengan akurat, karena akan berdampak pada kesimpulan audit.
2. Pengumpulan Bukti Audit
Auditor harus memastikan bahwa metode pengumpulan bukti yang digunakan tepat dan bukti yang didapatkan lengkap.
3. Evaluasi Bukti Audit
Dalam hal ini kemampuan analisis dan sikap kiritis auditor berperan penting. Auditor harus bisa menganalisis dengan tepat bukti-bukti audit dan berpikir kritis dengan menggali lebih dalam untuk mendeteksi ketidakwajaran ataupun memastikan keandalan informasi.
4. Dokumentasi
Cara bukti disimpan dan disajikan dalam catatan kerja audit mempengaruhi kompetensinya. Dokumentasi yang rapi dan terorganisir meningkatkan keterbacaan dan keandalan.
5. Review dan Revisi
Proses pemantauan yang melibatkan review dan revisi dapat memastikan bahwa bukti audit selalu relevan dan up-to-date, hal ini dapat meningkatkan kompetensinya seiring waktu.
6. Ketelitian dalam Pelaporan
Cara auditor mengkomunikasikan temuan dan kesimpulan juga memengaruhi kompetensi bukti. Pelaporan yang jelas dan akurat memperkuat kepercayaan pihak yang berkepentingan.
Selanjutnya, seorang auditor dalam menjalankan tugasnya mengumpulkan bukti audit seringkali dihadapkan dengan beberapa tantangan sebagai berikut.
1. Bisnis yang kompleks dan bervariasi dapat menyulitkan auditor ntuk memahami sepenuhnya operasi bisnis dan mengidentifikasi risiko potensial yang perlu diperiksa.
2. Perkembangan teknologi informasi yang membuat banyak transaksi dan informasi keuangan dihasilkan secara elektronik, sehingga auditor perlu keterampilan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dihasilkan sistem informasi
3. Keterbatasan waktu dan personel
4. Ketergantungan pada informasi yang diberikan oleh pihak ketiga apabila auditor tidak memiliki kontrol langsung terhadap sumber informasi tersebut.
5. Kebijakan yang kompleks
6. Manajemen dan klien yang tidak kooperatif dalam memberikan akses terhadap informasi yang diperlukan
7. Risiko penipuan dan manipulasi