Daerah

Media Mainstream Jangan Jadi Followers Medsos

×

Media Mainstream Jangan Jadi Followers Medsos

Sebarkan artikel ini
Fotor 154090286214943

JAKARTA, Limadetik.com — Menjelang Pilpres 2019, sebaran berita palsu atau informasi hoaxs semakin merajalela. Pasalnya, penyebaran berita hoaxs akan semakin masif jika kalangan media atau jurnalis tidak verifikatif dan akurat terhadap berita yang diterima.

“Jurnalis saat ini harus kembali kepada jurnalisme verifikasi, agar tidak mudah menyebarkan informasi yang tidak akurat dan tidak jelas. Karena seorang jurnalis harus berkerja profesional untuk memberikan pendidikan literasi kepada masyarakat,” papar Yadi Hendriana, Pemimpin Redaksi iNews tv dalam diskusi publik Sosial Media For Civic Education dengan tema “Optimalisasi Peran Media dalam Memerangi Hoaxs Menjelang Pilpres,” Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Sementara itu, Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perludem mengatakan bahwa selama ini tidak ada inisiatif bersama dari pihak terkait untuk memerangi hoaxs sebagai musuh bersama. Untuk itu, kedepan seharusnya ada keterlibatan semua elemen untuk memerangi hoaxs secara bersama-sama agar masyarakat tidak mudah mengkonsumsi berita hoaxs, sehingga masyarakat bisa dikontrol dan diawasi.

“Harus dibangun roadmap bersama. Selama ini hanya pendekatan sektoral saja belum ada agenda bersama untuk memerangi hoaxs, dan di antara Kementerian terkait mestinya harus terkoneksi satu sama lain untuk memerangi hoaxs” ujar Titi Anggraini.

Titi juga menambahkan, bahwa semua elemen masyarakat punya peran penting untuk mewujudkan pemilu yang berintegritas, dan sarana penopangnya adalah media yang verifikatif, akurat dan tidak hoaxs. Sehingga tidak bias informasi dan berhasil memberikan pendidikan demokrasi yang baik kepada masyarakat terutama anak muda millenial.

“Media punya peran penting mewujudkan pemilu yang baik, kita mendorong semua pihak terutama Kementerian terkait dan penyelenggara Pemilu untuk menyusun rencana strategis secara bersama-sama dalam memerangi hoaxs. Karena itu, anak muda mestinya bisa menjadi pelopor untuk memulai gerakan tabayyun Nasional memerangi hoaxs,” ucap Titi.

Sementara itu, Agus Sudibyo, dari Indonesia News Media Watch, meminta media mainstriem untuk tidak menjadi followers medsos, karena dari Medsos itulah hoaxs diproduksi. Agus juga mendorong pemilih millenial punya kesadaran politik yang tinggi, serta tidak mudah terjebak dengan berita-berita palsu atau berita hoaxs yang tidak jelas sumber informasinya.

“Pemilih millenial ini mesti punya kesadaran literasi untuk mewujudkan demokrasi lebih baik, disisi lain juga, seharusnya media mainstriem tidak menjadi followers media sosial yang kerapkali menjadi sumber referensi, padahal beritanya tidak akurat, tidak verifikatif, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan,” tegas Agus.

Hal yang sama juga dikatakan Ali Akbar, pemimpin redaksi Harian Terbit, menurutnya berita palsu atau hoaxs bisa jadi musibah tetapi membawa berkah terutama bagi para jurnalis. Karena dengan begitu akan mendorong jurnalis lebih profesional dan masyarakat lebih berhati-hati mengkomsumsi berita.

“Berita hoaxs itu musibah yang membawa berkah, karena kalau jurnalis tidak berhati-berhati, tidak akurat, dan tidak verifikatif terhadap berita yang disebar ke publik itu malah menjadi musibah dan malapetaka karena telah menyebar hoaxs atau kebohongan kepada publik, namun ini sekaligus menuntut jurnalis atau media untuk bekerja secara indipenden dan profesional,” tegas Ali. (hs/yd)