Tahu walek. Kuliner nusantara yang satu ini merupakan kuliner yang dijual di pedesaan. Tapi soal rasa tidak kalah dengan kuliner yang dipasarkan di kota-kota besar. Buktinya, pelanggannya tidak hanya masyarakat lokal, seorang pengusaha asal China beberapa kali datang dan sangat menikmati tahu walek. Lalu seperti apa rasanya?
Nikam Hokiyanto, Sumenep
SUMENEP, Limadetik.com – Belakangan kuliner nusantara semakin beragam. Tahu walek menjadi bagian penting dari aneka kuliner nusantara yang membuat penasaran untuk segera bisa menikmati. Bagaimana tidak, kuliner dengan kuah berbahan petis plus cabai tidak hanya cocok di lidah masyarakat lokal Madura. Tetapi juga cocok di lidah pengusaha China yang memiliki usaha di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Rasanya maknyus.
“Beberapa kali dia datang ke sini. Belinya banyak. Kadang sampai Rp 500 ribu,” kata pemilik usaha tahu walek, Ria Febriyanti, Selasa (4/2/2020).
Untuk bisa menikmati kuliner dengan bahan utama tahu, tepung, daging ayam dan bumbu, anda tidak perlu repot. Karena berada di jalur strategis menuju wisata Pantai Lombang, tepatnya di Desa Banuaju Timur, Kecamatan Batang-batang.
Kini usaha yang dirintis 2,5 tahun lalu telah mampu mempekerjakan 4 karyawan. Sebab, sehari-hari selalu ramai pengunjung. Saat media ini datang ke lokasi, beberapa konsumen berjajar menunggu antrian. Ada yang makan di tempat dan ada pula yang dibawa pulang.
Untuk makan di tempat lebih enak. Karena masih hangat dan tempatnya nyaman untuk santai bersama keluarga atau teman. Apalagi juga disediakan berbagai macam minuman hangat atau dingin. Termasuk pula menyediakan tahu penthol.
“Harga tahu walek hanya Rp 500 per biji. Kalau per porsi Rp 10 ribu,” terangnya.
Perempuan 28 tahun ini lebih lanjut menjelaskan, awalnya hanya coba-coba untuk dikonsumsi sendiri. Kemudian pada saat salah satu artis jebolan D’Akademy, Firdaus datang ke acara di desa tersebut, perempuan yang akrab disapa Yayan kembali membuat untuk disuguhkan.
“Niatnya hanya untuk Firdaus. Tapi karena kadung membuat banyak, akhirnya iseng-iseng dipasarkan. Ternyata baik Firdaus maupun penonton yang membeli, bilang enak dan menyuruh kami untuk membuat lagi,” cerita Yayan.
Sementara saat disinggung omset? Dia tampak malu-malu. Pada hari-hari biasa antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. “Kalau hari-hari libur bisa sampai Rp 3 juta,” ujarnya.
Sebab, tidak sedikit wisatawan yang hendak menikmati liburan di Pantai Lombang terlebih dulu mampir di tahu walek. Mereka biasanya membeli untuk dinikmati di wisata yang berpagar pohon cemara.
“Kalau pelanggannya beragam. Selain pengusaha China itu, juga wisatawan yang hendak ke Lombang. Bahkan juga bu nyae salah satu pondok pesantren besar di Sumenep sering pesan (kepada wali santri ketika mau ke pondok, Red) dan pernah beliau datang langsung ke sini” ceritanya dengan nada penuh antusias.
Untuk anda yang ingin menikmati tahu walek, buka setiap hari mulai Pukul 11.00 sampai dengan 24.00 WIB. (*)