LAMONGAN, limadetik.com — Malam 24 Ramadhan tepatnya Selasa 28 Mei 2019, dalam rangka memperingati malam Nuzulul Qur’an dan Khotmil Khutub, Pondok Pesantren Maulana Ishaq Kemantren mengadakan Pengajian Akbar. Kegiatan dilaksanakan di halaman Pesantren dengan penceramah KH. Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa dikenal dengan panggilan Gus Miftah.
Pondok Pesantren Maulana Ishaq terus berupaya menuju pesantren yang berkembang, di samping pembangunan fasilitas pesantren, lembaga pendidikan formal dan non formal serta Lab Peternakan Santri, mengudang penceramah Kondang juga menjadi bagian dari upaya perkembangan itu.
Sosok Gus Miftah yang berbeda dengan Kyai pada umumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah. Halaman Pesantren Maulana Ishaq dibanjiri oleh ribuan jamaah, mereka tumpah ruah demi menghadiri acara Pengajian Akbar Malam Nuzulul Qur’an dan Khotmil Khutub bersama Gus Miftah dari Yogyakarta. Jamaah yang memadati halaman pesantren Maulana Ishaq tidak hanya orang tua, tapi juga anak-anak mudah dari tingkat SMA sampai Kuliah.
Dalam ceramahnya Gus Miftah meminta agar semua kalangan dan masyarakat Indonesia untuk tidak ‘asal’ dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Terlebih untuk kepentingan kelompoknya.
“Saya kemarin mengatakan saya tidak mempunyai kepentingan dengan KPU, saya tidak punya kepentingan dengan pendemo. Saya pesan pihak-pihak yang mencoba ‘memperkosa’ ayat suci Al-Qur’an untuk kepentingan politiknya,” kata Gus Miftah.
Hal itu dikatakan pria yang juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Kalasan, Kabupaten Sleman di sela-sela acara ramah tama bersama keluarga Pesantren Maulana Ishaq dan tokoh masyarakat Desa Kemantren serta seluruh panitia pengajian. (29/5/2019).
Salah satu penafsiaran yang menurutnya ‘asal’ yakni digunakan saat pengumuman hasil rekapitulasi Pilpres di Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia.
“Termasuk kemarin ketika KPU mengumumkan hasil rekapitulasi jam 1 malam, kemudian KPU di tuduh curang dengan menggunakan An-Nisa ayat 81, ini bagi saya memperkosa ayat,” ujarnya.
Menurutnya, dalam penggunaan sebuah ayat Al-Qur’an harus faham dan mengerti penafsiran ayat yang disampaikan tersebut seperti apa.
“Kalau kemudian kita ingin menggunakan ayat harus tahu tafsirnya seperti apa, dan ini jangan menjadi kebiasaan Bangsa Indonesia, ini bahaya,” paparnya.
“Karena barang siapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan kemampuan akalnya, maka bersiap-siaplah mengambil tempat duduknya dari api neraka.” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, pendakwah yang viral karena berdakwah dengan cara ‘nyentrik’ ini turut mengajak seluruh jamaah yang hadir untuk berdoa bersama demi kedamaian dan kerukunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, dalam pengajian tersebut Gus Miftah juga menuturkan, sekarang psikologi orang baik itu susah untuk menerima orang jelek, seperti contoh para PSK yang ada di Wilayah Yogyakarta, orang PSK tidak mudah untuk dapat diterimah oleh masyarakat. Namun, berbeda dengan psikologi orang jelek, psikologi orang jelek masih menerima adanya orang baik.
“Kita bisa ambil contoh, misalkan dalam sebuah pertemuan antara Germo dan Kyai, yang pasti disungkemi pertama kali adalah Kyai bukan germonya, ini menandahkan bahwa mereka para PSK masih memiliki sisi kebaikan yang perluh untuk dibina oleh para ulama’ agar mereka tidak merasa menjadi kelompok yang termarjinalkan” ungkapnya di hadapan jamaah.
“Oleh karena itu, marilah kita dengan khusuk, berdoa sepenuh hati untuk keselamatan NKRI, apapun ujian yang diberikan bangsa ini, Allah SWT adalah maha pemberi solusi,” kata Gus Miftah dalam doanya yang diamini oleh seluruh jamaah yang hadir.
Penulis: MK. Fatih
Editor : yudi