DPRD Bontang

Sahib Tekankan Urgensi Sertifikasi Welder Berjenjang untuk Kesejahteraan Tenaga Kerja Lokal

×

Sahib Tekankan Urgensi Sertifikasi Welder Berjenjang untuk Kesejahteraan Tenaga Kerja Lokal

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2024 11 21 at 21.26.30 1

BONTANG – Anggota Komisi C DPRD Bontang, Muhammad Sahib, mengingatkan pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja lokal melalui program sertifikasi welder berjenjang.

Menurutnya, pelatihan yang hanya bersifat dasar belum memadai untuk memenuhi permintaan industri migas dan manufaktur di Bontang.

“Jika tenaga kerja lokal hanya disertifikasi hingga 3G, itu tidak akan mampu bersaing di pasar kerja yang mensyaratkan keterampilan lebih tinggi,” ujar Sahib dalam rapat perdana dengan Pemkot Bontang pada Senin (21/10/2024).

Dalam rapat tersebut, Dinas PUPR Bontang mengemukakan rencana pelatihan welder tingkat 3G bagi masyarakat. Namun, Sahib mendorong agar pelatihan ini tidak berhenti pada sertifikasi dasar saja. Ia berharap program pelatihan dapat dilanjutkan hingga tingkatan yang lebih tinggi, setidaknya hingga level 6G.

“Sertifikasi 3G adalah level awal yang jarang dipakai di perusahaan besar, apalagi di sektor migas yang membutuhkan keterampilan dan standar keselamatan tinggi,” tegasnya.

Sahib menjelaskan bahwa industri migas di Bontang, termasuk perusahaan besar seperti PT Badak LNG, biasanya membutuhkan tenaga welder dengan sertifikasi minimal 6G. Tenaga kerja yang hanya memiliki sertifikasi 3G atau 4G akan kesulitan menembus pasar tersebut.

“Tanpa sertifikasi tinggi, pekerja lokal akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah yang sudah memenuhi spesifikasi,” katanya.

Sebagai mantan ketua komunitas welder di Bontang yang berpengalaman di kancah internasional, Sahib menekankan bahwa pelatihan berjenjang ini akan membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat lokal.

“Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi lebih besar bagi mereka yang serius menekuni profesi welder,” imbuhnya.

Dikatakannya, welder dengan sertifikasi lengkap bisa mendapatkan upah yang cukup tinggi, sejalan dengan risiko kerja yang dihadapi.

Di samping itu, Sahib juga menyoroti kebutuhan tenaga welder tahunan di Bontang yang mencapai 500 orang. Menurutnya, angka tersebut bisa menjadi peluang yang sangat baik jika Pemkot mengutamakan warga lokal untuk mengisi posisi tersebut.

Ia berharap Pemkot serius memaksimalkan potensi ini dengan menyediakan pelatihan berkelanjutan dan menyusun program sertifikasi yang terpadu. Agar program pelatihan tersebut berhasil, Sahib menyarankan agar peserta pelatihan tetap berkelanjutan hingga mencapai sertifikasi yang lebih tinggi.

“Jangan sampai program ini hanya menghasilkan tenaga kerja setengah jalan. Peserta yang sudah mengikuti 3G harus bisa terus lanjut ke tingkat 4G, 5G, hingga 6G,” tegasnya.

Ia menambahkan, konsistensi dalam pelatihan ini akan menjamin adanya tenaga kerja lokal yang kompeten dan siap mengisi kebutuhan industri. Selain soal kualitas pelatihan, Sahib juga mendorong Pemkot untuk bekerja sama dengan perusahaan besar dalam penyusunan kurikulum pelatihan.

Dengan kerja sama tersebut, peserta pelatihan bisa dibekali dengan keterampilan yang sesuai dengan standar industri, sehingga peluang mereka untuk diterima di perusahaan besar semakin besar. Ia berharap Pemkot Bontang dapat menyediakan alokasi anggaran khusus untuk memastikan keberlanjutan program pelatihan ini.

“Pelatihan yang hanya dilakukan sekali tanpa tindak lanjut tidak akan memberikan dampak yang signifikan. Harus ada kesinambungan agar hasil pelatihan bisa dirasakan dalam jangka panjang,” tuturnya.

Program pelatihan welder berjenjang ini, menurut Sahib, bukan hanya tentang menyiapkan tenaga kerja tetapi juga memberi kesempatan bagi masyarakat lokal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan sejahtera.

“Selain meningkatkan kompetensi, sertifikasi tinggi akan memberikan rasa bangga bagi tenaga kerja lokal yang mampu bekerja di perusahaan kelas dunia,” pungkasnya.

Dengan demikian, Sahib berharap Pemkot Bontang dapat lebih memperhatikan peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal melalui pelatihan berjenjang ini, sehingga masyarakat setempat tidak hanya menjadi penonton di daerah mereka sendiri yang dipenuhi oleh tenaga kerja dari luar daerah.