Nasional

Workshop HMI Komisariat Sastra: Membaca Sejarah Lewat Sastra dan Film Tinggalkan Kesan Mendalam

×

Workshop HMI Komisariat Sastra: Membaca Sejarah Lewat Sastra dan Film Tinggalkan Kesan Mendalam

Sebarkan artikel ini
Workshop HMI Komisariat Sastra: Membaca Sejarah Lewat Sastra dan Film Tinggalkan Kesan Mendalam

Workshop HMI Komisariat Sastra: Membaca Sejarah Lewat Sastra dan Film Tinggalkan Kesan Mendalam

LUMADETIK.COM, JEMBER – Minggu pagi bertempat di Gedung Aula isdb FIB lantai 6 Universitas Jember, HMI Komisariat Sastra menggelar workshop bertema “Membaca Sejarah Melalui Sastra dan Film” dengan menghadirkan pemateri Dr. Ikhwan Setiawan, S.S., M.A, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.

Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00 ini sukses menyedot antusiasme peserta yang memenuhi ruangan.

Dari sudut pandang peserta, workshop ini menghadirkan pengalaman intelektual yang begitu memuaskan. Sejak awal, pemateri mengajak kami merenungkan tiga pertanyaan yang terus berlangsung di sepanjang acara:

“Mengapa harus sejarah? Mengapa fiksi sejarah penting? Dan mengapa para sastrawan serta sineas menyajikan sejarah?” Pertanyaan itu bukan hanya menjadi pembuka, tetapi juga mengikat seluruh pembahasan hingga akhir.

Moh. Nasiruddin, Kader HMI Jember, sekaligus peserta dalam kegiatan tersebut, mengatakan, yang membuat forum ini berkesan adalah cara pemateri menyampaikan materi dengan penuh energi. “Alih-alih sekadar teori, ia menghadirkan contoh nyata dari karya sastra dan film yang menyimpan jejak sejarah” katanya, Senin (29/9/2025).

Bahkan, lanjut Nasir, sapaan akrab Moh. Nasiruddin, ketika menggambarkan wajah novel dan juga film dengan peristiwa bersejarah, suasana ruangan mendadak hening.

“Kami seakan diajak masuk ke dalam denyut imajinasi masa lalu, merasakan getir dan harapan yang mungkin tak bisa ditangkap oleh buku teks sejarah biasa” ungkapnya.

Ia menyebutkan, antusiasme peserta begitu terasa. Setiap kali kesempatan tanya jawab diberikan, banyak tangan terangkat, melontarkan pertanyaan kritis tentang representasi sejarah, peran generasi muda, hingga keterlibatan kelompok yang sering dimarginalkan. Suasana diskusi pun hidup, jauh dari kesan kaku.

“Bagi saya sebagai peserta, hal yang paling membuat puas adalah kesempatan untuk benar-benar berdialog. Pemateri tidak hanya memberi jawaban, tetapi juga memancing kami berpikir lebih jauh”

“Saya pulang dengan perasaan penuh—merasa bahwa sejarah bisa dibaca dengan cara yang lebih cair, kritis, dan menyentuh melalui sastra dan film” pungkas Moh. Nasiruddin.