Setiap petarung diberi kesempatan tiga kali mencambuk badan lawan secara bergantian. Saat bersamaan petarung satunya juga harus pintar menangkis cambukan lawan juga dengan rotan. Siapa cambukannya paling banyak mengenai badan lawan, dialah pemenangnya.
Untuk masyarakat Desa Gayam kidul, Kecamatan Botolinggo, ojung menjadi salah satu ritual setiap melaksanakan selamatan desanya. Lokasi pelaksanaannya pun juga sudah ditentukan.Konon, ritual ojung itu akan menjadi ‘kewajiban’ dalam selamatan desa atas petuah para pembabat desa setempat,Sehingga menjadi tradisi turun menurun yang hingga kini masih dipertahankan.
Kepala Desa Gayam kidul Rendy sapta setiawan Amd.Kep, ” Di daerah lain ojung biasanya menjadi ritual meminta hujan. Tapi di Desa gayam kidul tidak sekedar itu, tapi sudah menjadi kewajiban ritual setiap selamatan desa. Kalau tidak dilaksanakan, desa ini diyakini akan rawan bencana setelah acara ini nantinya akan dilanjutkan dengan acara pengajian ,” kata Kepala Desa Gayam kidul, Kecamatan Botolinggo, Rendy.
Pantauan limadetik.com, pagelaran ojung dalam rangka selamatan Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, cukup menarik perhatian. Ribuan warga dari berbagai desa di Bondowoso tumplek blek di lokasi acara. Mereka rela berdesakan untuk menyaksikan kebolehan setiap petarung yang berlaga di dalam “ring”.
Tidak hanya dari masyarakat Kecamatan Botolinggo saja, para petarung juga berdatangan dari berbagai daerah lainnya, seperti Kecamatan klabang,tapen, dan Kecamatan lainnya ada juga dari luar kota.
Layaknya pertarungan tinju, sebelum bertanding wasit selalu membacakan peraturan kepada setiap petarung. Hanya bedanya pertarungan ojung dilakukan tanpa ronde. Para petarung juga diwajibkan mengenakan sarung dan berpeci. Setiap petarung hanya diberi kesempatan tiga kali memukulkan cambuk rotan di tangannya ke badan lawan.
Setiap selesai mencambuk, wasit dan juri akan menandai bekas pukulan di badan lawan dengan coretan spidol. Tak jarang para petarung menari kegirangan saat cambukannya masuk ke badan lawan. Meski meninggalkan luka memar akibat pukulan cambuk, para petarung mengaku senang bisa tampil di even tersebut.
“Saya mempersiapkan diri sekitar sebulanan ini. Kalau kena ya pasti sakit, tapi saya senang karena bisa tampil di ring ini untuk memeriahkan acara selamatan desa ini. Walaupun hadiahnya tidak seberapa,”tapi untuk menjalin silahturmi cara kekeluargaan.tutur Pur salah satu petarung ojung.
Rendy juga menambahkan “Mestinya mereka punya catatan tersendiri, karena acara ojung ini dilaksanakan setiap tahun. Tradisi ojung ini harus lebih mendapatkan perhatian agar bisa terus dilestarikan dan budaya ini harus tetap dipertahankan,” tegasnya. (sun/rd)