Pendidikan

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Internasional

×

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Internasional

Sebarkan artikel ini
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Internasional
Para pemateri dari beberapa negara yang ikut meriahkan seminar

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Intenasional

LIMADETIK.COM, LAMONGAN – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah (IAI Tabah) Lamongan berhasil menyelenggarakan seminar internasional bertajuk “Reinventing Education in 21st Century: Innovation, Values, and Transformative Pedagogies in Digital Era”. Seminar ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan dihadiri oleh sekitar 153 peserta.

Seminar ini merupakan wujud komitmen FTIK IAI Tabah dalam mendorong internasionalisasi keilmuan, memperluas jejaring akademik, serta memperkaya wawasan global mahasiswa dan dosen di bidang pendidikan Islam dan keguruan. Tema yang diangkat sangat relevan dengan kompleksitas dan tantangan lintas batas di era digital saat ini.

Acara ini menghadirkan empat pembicara terkemuka dari berbagai institusi: 1. Prof. Dr. Abd Majid Mohd Isa (INTI International University, Malaysia), 2. Wilaiman Ka-J, Ph.D (Fatoni University, Thailand), 3. Assoc. Prof. Suyadi, S.S., M.Pd., Ph.D (Universitas Borneo Tarakan) Indonesia, dan 4. Dr. Nurul Hidayati, M.Pd.I (IAI Tabah) Lamongan, Indonesia.

Dekan FTIK IAI Tabah Lamongan, Nur Hakim, M.Ag., dalam sambutannya mengungkapkan harapannya. “Kami berharap, forum ini tidak hanya menjadi sarana pertukaran gagasan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi penelitian, pertukaran dosen atau mahasiswa, serta peningkatan kualitas akademik antar negara serumpun yang memiliki akar budaya dan keislaman yang sama,” ujarnya.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Nasional

Seminar daring yang dimoderatori oleh H. Moh. Shofi Zuhri, M.Pd. ini diawali dengan paparan dari Prof. Dr. Abd Majid bin Mohd Isa. Ia menekankan bahwa di abad ke-21, literasi digital telah menjadi keterampilan vital untuk menavigasi dunia yang semakin terhubung.

“Dengan pesatnya kemajuan teknologi digital, literasi tradisional saja tidak lagi memadai,” jelas Profesor bidang pendidikan dari INTI International University, Malaysia ini.

Literasi digital mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi menggunakan perangkat digital, meskipun tantangan seperti kesenjangan digital dan penyebaran misinformasi juga turut serta.

Pembicara kedua, Wilaiwan Ka-J, Ph.D dari Thailand, menyampaikan bahwa, artificial intelligence (AI) dan teknologi tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan koneksi dan interaksi antarmanusia.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Nasional

“Sebaliknya, perangkat digital ini dirancang untuk memperkuat dan menjaga nilai-nilai serta keyakinan inti masyarakat, sekaligus menyediakan cara-cara baru untuk berinteraksi dan berkolaborasi” tuturnya.

Sejalan dengan pandangan tersebut, Dr. Nurul Hidayati, M.Pd.I mengemukakan pentingnya integrasi nilai-nilai keislaman ke dalam pedagogi transformatif di era digital. “Tujuannya adalah untuk mengembalikan pendidikan pada fungsi sejatinya, yakni memanusiakan manusia (insan kamil)” kata dia.

Pada sesi terakhir, Assoc. Prof. Suyadi, S.S., M.Ed., Ph.D mengawali paparannya dengan mengutip Charles Darwin bahwa spesies yang paling kuat untuk survive bukan karena paling pintar tetapi yang bisa beradaptasi terhadap perubahan.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Nasional

“Literasi dan keterampilan abad ke-21 harus dimiliki oleh mahasiswa agar punya problem solving skill untuk survive,” terang eks-dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan ini.

Ia juga menekankan, bahwa guru dan pendidik harus memikirkan masa depan mahasiswa, membekali mereka dengan kreativitas, keterampilan komunikasi, kolaborasi, akses penelitian dan informasi, serta critical thinking.

“Karakter pembelajaran abad 21 juga bergeser dari teacher-centered menjadi student-centered, dengan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing” jelasnya.

Di penghujung acara, sesi diskusi berlangsung interaktif, di mana beberapa mahasiswa dan dosen menanyakan peluang serta tantangan pembelajaran di era teknologi digital. Menurut Prof. Suyadi, tanpa memahami teknologi di dunia pendidikan, kita akan jauh dari peradaban. Ia mencontohkan bagaimana teknologi memungkinkan ulama mengajarkan ilmu kepada lebih banyak orang melalui platform digital.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAI Tabah Lamongan Gelar Seminar Nasional

Senada dengan Prof. Suyadi, Dr. Wilaiwan berpendapat bahwa platform digital membuka peluang eksplorasi yang lebih luas bagi mahasiswa, misalnya tugas terjemah yang tidak lagi sebatas teks, tetapi bisa dalam bentuk pembuatan video. “Pembelajaran berbasis proyek semacam ini diyakini dapat meningkatkan kreativitas sesuai harapan abad ke-21” terangnya.

 

Di Thailand, tidak hanya revisi kurikulum yang berkelanjutan, tetapi para guru juga dituntut untuk meningkatkan keterampilan dan teknik pedagogis mereka agar dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini. Pengurangan kesenjangan generasi (generation gap) dianggap penting.

Prof. Abd Majid menambahkan bahwa universitas di Malaysia diizinkan memperbarui kurikulum kapan saja, dan pendidikan di sana menganut asas demokratisasi mengingat adanya kesenjangan generasi antara guru dan siswa.

Seminar internasional ini tidak hanya sukses menjadi wadah pertukaran gagasan inovatif dalam pendidikan di era digital, tetapi juga memperkuat posisi FTIK IAI Tabah Lamongan dalam kancah akademik global.

“Diharapkan kegiatan ini dapat terus menambah wawasan luas bagi seluruh civitas akademika serta memperluas jejaring kolaborasi di tingkat internasional, demi menciptakan pendidikan yang lebih relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman” harapnya.