Malang, 19 Januari 2020
Limadetik.com – Oleh: Milenia Purna Candra
Fakultas : Ilmu Administrasi.
Prodi : Administrasi Bisnis.
Jika berbicara tentang olahraga yang paling populer dan digemari di seluruh dunia mungkin jawabannya adalah Sepakbola. Di I ndonesia sendiri Sepakbola adalah olahraga yang sangat digemari dari berbagai kalangan dari usia tua, muda, hingga anak-anak, sangat menggemari olahraga ini. Kini tidak cuma laki-laki yang menikmati sepakbola perempuan pun sudah banyak yang menggemari sepakbola, tidak ada batasan gender di dalam dunia bola semua sama. Justru perempuan mendapat perlindungan lebih dari pecinta bola lainnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa sepakbola bisa menjadi alat pemersatu.
Pancasila adalah sebuah ideologi dasar negara Indonesia. Pancasila adalah wujud persatuan bangsa Indonesia diantara banyaknya perbedaan di Negeri ini. Suatu ciptaan manusia yang bisa disebut sempurna. Sepakbola adalah olahraga yang dapat melupakan segala hal, bahkan ketika negeri tercinta ini sedang dalam bencana, harga barang pokok melonjak, sepak bola dapat memberikan sebuah kecintaan akan negeri ini. Soeratin Sosrosoegondo adalah salah satu nasionais yang ingin menciptakan sebuah keberagaman didalam satu tempat. PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) 19 April 1930 salah satu ciptaan terbaik negeri tercinta. PSSI adalah wujud dari persatuan pencinta sepakbola seperti pancasila sebagi pemersatu keberagaman.
Kita lihat sepak bola kental dengan pancasila bahkan tak banyak yang menyadari bahwa dunia sepakbola di Indonesia mempunyai pengaruh besar dalam perumusan sila ketiga dalam Pancasila. Dapat dikatakan bahwa rumusan sila ketiga itu lahir dari lapangan hijau, lalu merasuk ke alam pikiran para pendiri bangsa, kemudian menjadi rumusan “Persatuan Indonesia”. Kata “persatuan” dan “seluruh Indonesia” yang tercantum dalam PSSI, kemudian ditangkap oleh para pendiri bangsa dengan mencantumkannya dalam salah satu sila dalam Pancasila, yaitu sila ketiga yang berbunyi: “Per-sa-tuan Indonesia”. Adanya sila “Persatuan Indonesia” tentu tidak dapat dilepaskan dari suasana kebatinan bangsa Indonesia yang ingin bersatu untuk meraih kemerdekaan.
Suasana kebatinan diproklamasikan secara tegas melalui organisasi sepakbola dari tingkat daerah sampai tingkat pusat. Bukan rahasia lagi bahwa banyak para pendiri bangsa yang terlibat dalam perumusan Pancasila merupakan penggemar atau bahkan juga pemain sepak bola. Banyak tokoh-tokoh kemerdekaan lain yang menjadikan sepakbola sebagai olahraga favoritnya, seperti : Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Sutomo, Muhammad Husni Thamrin, Sutan Syahrir, dan lain sebagainya.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila Persatuan Indonesia sangat identik dengan nasionalisme. Begitu juga dengan sepakbola. Penulis merasa sepakbola adalah pembangkit nasionalisme terakhir yang paling gampang untuk dimunculkan. Tanpa perlu perang, rasa memiliki bangsa akan muncul dengan sendirinya. Sepakbola telah memberikan tempat bagi lahirnya kebanggaan terhadap negara. Primordialisme kedaerahan seakan hilang ketika Tim Nasional yang berlaga.
Sebagai contoh, tahun 2019 pada ajang kualifikasi Piala Dunia 2022 Timnas Indonesia bertanding melawan Malaysia di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur Malaysia. Saat itu Indonesia sudah dipastikan tidak lolos tetapi masih banyak para supporter yang berangkat untuk mendukung Timnas di Malaysia. Mengapa mereka tetap ngotot berangkat,mengapa? Tentu saja harga diri bangsa dipertaruhkan apalagi lawannya Malaysia. Disini bisa kita lihat bahwa Timnas Indonesia telah memunculkan kembali rasa persatuan dan nasionalisme rakyat Indonesia.
Menelisik fenomena hari ini, ketika Indonesia dihadapkan dengan isu domestik, isu SARA, dan gejolak bangsa yang ada, hanya sepakbola lah yang bisa menyatukan. Sepakbola adalah bahasa universal, sepakbola Indonesia telah menjadi ruh bangsa dalam sebuah persatuan dan kesatuan, menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke. Walaupun berbeda agama, suku, budaya, namun ketika si kulit bundar sudah menggelinding, kita menjadi satu, yaitu Indonesia.
Dunia sepakbola telah memberikan pengaruh besar, bahkan terbesar, dalam perumusan sila ketiga dalam Pancasila, yakni sila “Persatuan Indonesia.” Sebelum organisasi pergerakan menyebut “Persatuan Indonesia”, dunia sepakbola sudah menjadikan kata itu sebagai nama organisasi sepakbola, mulai dari tingkat daerah sampai tingkat pusat. Karena sepakbola mempunyai peran besar dalam perumusan sila “Persatuan Indonesia” yang kemudian diterjemahkan dalam “Negara Kesatuan Republik Indonesia”, maka sudah saatnya perhatian terhadap dunia sepakbola ditingkatkan, dengan menjadikan olah raga ini sebagai pintu masuk mengembangkan dan meningkatkan semangat nasionalisme.
Ya! Seorang kawan mengatakan Nasionalisme saat kita menonton timnas bola kita berlaga terasa sangat tinggi daripada upacara bendera 17 agustusan. Semoga sepakbola Indonesia terus maju sebagai alat pemersatu bangsa tanpa ada oknum yang ingin mencederainya.
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Islam Malang