SUMENEP, limadetik.com — Banyak metode dalam menyembuhkan penyakit. Karena penyakit menyerang tubuh seseorang dari beberapa faktor. Mengonsumsi obat atau ramuan merupakan cara konvensional yang dilakukan banyak orang di belahan bumi ini dalam menyembuhkan penyakit.
Ada yang berhasil dan ada yang tidak. Apabila belum sembuh biasanya dipilih alternatif lain guna menghilangkan derita penyakit itu.
Selain ke dokter, si penderita biasanya juga pergi ke tabib, dukun, sinshe. Bahkan tak jarang orang meminta doa dari para kiai atau orang alim yang doanya mustajab.
Namun tanpa disadari, ternyata penyakit seseorang itu ada yang berasal dari pola pikir orang bersangkutan.
“Di Komunitas Therapy Banyu Urip pasien tidak hanya diobati fisiknya, tapi juga psikisnya,” terang M.S. Arifin pada limadetik.com. Kamis, (21/11/2019).
Dia adalah seorang tentara dengan pangkat sersan yang usianya sudah lebih kepala empat. Berpusat di Yogyakarta yang membuka jam praktek setiap hari. Khusus hari Sabtu dan Minggu, pasien yang berobat tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis.
“Kami mengolaborasikan sistem penyembuhan pasien dengan beberapa pola, diantaranya: Olah makan, merupakan anjuran untuk disiplin dalam Mengonsumsi makanan. Apa saja makanan yang dilarang harus ditinggalkan. Olah raga, pasien saya anjurkan berolah raga tiap pagi hari. Olah nafas, ini penting karena nafas yang baik bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang jadi lebih bagus. Yang paling penting, yaitu olah pikir,” ungkap M.S. Arifin meniscaya.
Ia juga membuka tabir rahasia penyembuhan di Komunitas Therapy Banyu Urip lebih jauh, bahwa penyakit itu 90% berasal dari pikiran, dan 10% berasal dari pola makan. Menyadari akan hal itu, M.S. Arifin senantiasa memberikan injeksi motivasi kepada pasien untuk selalu berpikiran positif.
Ia juga menyarankan agar sering berhusnudzon terhadap apa saja yang dilihat, didengar dan dirasakan.
“Setiap kami menangani pasien, kami sering mengingatkan mereka dengan kata-kata bijak: Jangan pernah merespon apa saja yang kita lihat dan dengar sekiranya mengganggu hati kita dan pikiran kita. Kalimat bijak ini sering kami hembuskan. Kalau mereka mau sembuh, tentu mereka harus menerapkan pola ini dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya mengakhiri karena ia harus kembali bertugas sebagai tentara. (Yant Kaiy/rof)