SAMPANG, LimaDetik.Com – Bangunan Gedung Taman Kanak-kanak (TK) Banyuanyar Jalan Mutiara, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa timur, kondisinya benar-benar memprihatinkan.
Pantaun media Limadetik.com dilapangan, tampak puluhan peserta didik (siswa)TK. Banyuanyar kini harus belajar di gedung yang kondisinya sangat memprihatinkan terutama dibagian atap (kuda-kuda) yang kondisinya sudah banyak rusak karena dimakan usia. Bahkan kayu atap sudah banyak yang keropos dimakan rayap yang berpotensi besar se waktu-waktu bisa ambruk.
Dikonfirmasi dilokasi, Guru TK. Banyuanyar Aisah membenarkan adanya tingkat kerusakan gedung tersebut.
“Benar mas, gedung belajar yang ada ini kondisinya sudah sangat mengkawatirkan sepertinya mau roboh terutama bagian atap genteng. Bahkan kalau musim hujan, semua ruang kelas bocor dan kami bersama guru-guru yang lain seperti mendapatkan pekerjaan ekstra. Baik itu membersihkan dan mengepel lantai sebelum proses belajar dimulai agar anak-anak didik kami tidak terganggu” ungkapnya pada Kamis (23/06/2021).
Aisah menjelaskan, gedung TK. Banyuanyar tersebut dibangun sekitar tahun 1986 usianya sudah sangat tua sekali.
“Seingat saya, sejak mengajar disini hanya 1 kali mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kalau tidak salah hanya rehab sedang saja” jelasnya berusaha mengingat.
Ditempat yang sama, Yatik yang juga sebagai tenaga pendidik di TK tersebut menyampaikan, perbaikan gedung sering dilakukan oleh pihak sekolah, tapi tidak bertahan lama.
“Sebenarnya gedung TK Banyuanyar ini sudah sering dilakukan perbaikan. terutama dibagian plafon dan kayu penyangga atap genteng, tapi tidak bertahan lama dan kembali rusak” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Banyuanyar Heru Susanto ketika dikonfirmasi membenarkan kalau kondisi fisik gedung TK Banyuanyar sudah sangat memprihatinkan, namun pihaknya sudah tidak bisa berbuat banyak mengingat kondisi gedung atapnya sudah sangat parah dan sewaktu waktu bisa ambruk. Pihaknya hanya bisa berupaya dan bertahan melakukan perbaikan disesuaikan dengan kemampuan keuangan sekolah.
“Demi memberikan rasa aman dan nyaman pada anak-anak didik kami akhirnya sepakat ruang guru difungsikan jadi ruang kelas sementara. Ruang guru menempati gudang tempat menyimpan mainan yang lebarnya hanya 1,5 panjang 3 meter saja. Itupun dalam kondisi pengap dan lembab” jelasnya.

Heru Susanto menambahkan, pihaknya pada tahun ajaran baru nanti masih kebingungan mencari solusi karena TK Banyuanyar hanya mempunyai 3 ruang kelas dan 1 ruang guru, namun yang ruang guru sekarang sudah dialih fungsikan menjadi ruang kelas siswa. Dan berencana tahun ajaran baru ini akan mengosongkan salah satu ruang kelas sebagai antisipasi gedung ambuk sewaktu-waktu.
“Kami bingung mas, kelas kami sudah over kapasitas mengingat jumlah siswa didik kami berjumlah 52 ditambah siswa baru yang sudah mendaftar untuk tahun ajaran baru 38 anak jadi total keseluruhan 90 siswa. Sementara pagunya per kelas idealnya hanya 15 siswa untuk 1 orang guru” jelasnya.
Pihaknya sudah berupaya agar bangunan TK tersebut dapat sentuhan bantuan dari Pemerintah Daerah, tapi hingga detik ini belum ada tanggapan.
“Sebenarnya kami sudah menyampaikan aspirasi ke pengawas TK dan Kepala Dinas Pendidikan Sampang melalui Kabid. PNFI/PAUD Subairiyanto terkait kondisi fisik TK. Banyuanyar agar cepat mendapatkan respon” ungkapnya dengan nada harap.
Heru berharap, adanya percepatan penanganan dari pihak Pemerintah Daerah mengingat kondisi gedung TK yang memprihatinkan dan membahayakan peserta didik dan tenaga pendidik saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar berlangsung.
“Kami juga berharap semoga Bapak Bupati Sampang H. Slamet Junaidi dan Bunda Paud Hj. Mimin Slamet Junaidi terketuk hatinya untuk memikirkan kondisi fisik gedung sekolah kami, mengingat bahaya yang senantiasa mengancam jiwa anak-anak didik kami yang notabene masih berusia dini” harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang mengatakan, permasalahan yang seing timbul di lembaga TK adalah kaitan dengan kepemilikan lahan atau tanah. Sehingga mempersulit pihaknya ketika akan menggelontorkan bantuan.
“Soalnya kalau lembaga TK ini kaitannya dengan tanah kadang-kadang yang kesulitan. Tanah yang mau dibangun itu kan Pemerintah harus tau dulu, milik yayasan atau tanah siapa? Nah itu biasanya yang menjadi kendala di TK. Saya liat dulu lah, apa masalah sebenarnya. Kalau itu memang sudah mengajukan permohonan perbaikan. Kalau sudah mengajukan tapi belum dapat, kita liat dulu, masalahnya dimana? Saya belum bisa memastikan, kita liat dulu apa kendalanya kok belum dapat” tegasnya.
(MDS/YD)