Pendidikan

Mahasiswa Manajemen Uniba Madura Belajar Perilaku Organisasi dari Keraton Sumenep

×

Mahasiswa Manajemen Uniba Madura Belajar Perilaku Organisasi dari Keraton Sumenep

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa Manajemen Uniba Madura Belajar Perilaku Organisasi dari Keraton Sumenep
Kegiatan Mahasiswa Manajemen Uniba Madura saat di Pendopo Agung Keraton Sumenep

Mahasiswa Manajemen Uniba Madura Belajar Perilaku Organisasi dari Keraton Sumenep

LIMADETIK.COM, SUMENEP – Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Bahaudin Mudhary (Uniba) Madura dari kelas MGE23 menjalani proses pembelajaran yang tidak biasa pada Jumat, 16 Mei 2025 lalu.

Kegiatan tersebut bertempat di Keraton Pendopo Agung Sumenep, acara ini juga menjadi bagian dari mata kuliah Organizational Behaviour yang diampu oleh Akh. Raisul Kawim, S.Sos., M.Si. Alih-alih duduk di ruang kelas, mereka diajak menelusuri sejarah dan nilai-nilai budaya dalam setting yang penuh makna keraton peninggalan masa lalu yang menjadi simbol peradaban lokal.

Acara ini dimulai pukul 15.00 WIB dan turut didampingi oleh seorang tour guide yang membagikan kisah panjang sejarah Keraton Sumenep dari masa ke masa. Mahasiswa diajak menyelami suasana masa lalu sembari mengenali struktur sosial, kepemimpinan, serta nilai-nilai kultural yang pernah dan masih memengaruhi perilaku masyarakat hingga kini.

Menurut Ardini, mahasiswa yang juga menjabat sebagai komting (koordinator kelas), kegiatan ini memberikan pengalaman berbeda dan memperkaya pemahaman mereka mengenai konteks perilaku organisasi.

“Kegiatan ini menarik karena kami digiring dan diperkenalkan dengan kearifan lokal di Sumenep. Ternyata, nilai-nilai budaya seperti gotong royong, kepatuhan, serta struktur kepemimpinan tradisional sangat relevan dalam memahami perilaku organisasi modern,” ujarnya antusias.

Pendekatan pembelajaran luar kelas seperti ini menjadi metode alternatif yang efektif. Dosen pengampu, Akh. Raisul Kawim, S.Sos., M.Si., menyampaikan dalam sesi penutup bahwa kegiatan ini bukan hanya untuk menyegarkan suasana belajar, tetapi juga untuk membangun kepekaan mahasiswa terhadap realitas sosial dan budaya yang hidup di sekitar mereka.

“Saya harap ini menjadi pengasah untuk kepekaan mahasiswa dalam memahami organisasi, tidak hanya dari teori tetapi juga dari konteks budaya dan historis. Organisasi itu tidak hidup di ruang kosong. Ia dibentuk dan membentuk lingkungan tempat ia berada,” ungkap Kawim.

Ini membuktikan, pembelajaran tak melulu harus dilakukan di dalam kelas dengan buku dan proyektor. Keraton Pajagalan menjadi ruang belajar yang kaya makna, di mana nilai-nilai sejarah, budaya, dan sosial bertemu dan menghidupkan teori-teori perilaku organisasi secara nyata.

Dengan demikian, langkah inovatif ini diharapkan dapat membuka cakrawala mahasiswa dalam melihat organisasi sebagai entitas yang tak hanya terdiri dari struktur dan sistem, tetapi juga jiwa yang tumbuh dari budaya dan manusia yang mengisinya.