Sumenep, 28 Januari 2020
Artikel, Oleh: Moh.Luthfi
Limadetik.com — Hari minggu yang lalu tepatnya tanggal 12 Januari 2020, ketika saya lari pagi di Taman Bunga, Kota Sumenep, ada beberapa kegiatan menarik yang dapat saya lihat. Di sebelah timur tepat di depan gedung Mall Pelayanan Publik (MPP) tempat senam bersama di samping gedung terdapat kegiatan mendongeng yang diadakan oleh perpustakaan daerah Sumenep
Di sebelah barat kebetulan terdapat pelayanan perpanjangan STNK yang disediakan dengan memanfaatkan mobil keliling. Ada juga orang-orang yang asyik berburu burung lovebird berwarna putih yang kabur dari sangkarnya.
Saat saya berlari mengitari area taman bunga, putaran pertama saya lewati dengan keringat sudah mulai mengucur. Putaran kedua hampir setengah saya lewati, tetapi tiba-tiba menjadi sedikit kesal sebelum memasuki belokan kedua di sebelah utara. Bagaimana tidak? Saya melihat sepasang muda-mudi, mungkin sepasang kekasih ,yang menghabiskan waktu paginya dengan bersepeda tiba-tiba si pemuda membuang sampah botol air mineral di sela pohon glodokan. Saya yang berada di belakangnya merasa kaget dengan bunyi yang disebabkan benturan antara botol air mineral dan jalan saat botol itu dilemparkannya
Lalu saya bertanya-tanya, mengapa dibuang di situ?. Bukankah di depan mereka sekira lima meter terdapat tempat sampah berwarna kuning dan biru untuk membedakan mana plastic dan non plastic, yang memang telah disediakan oleh Dinas Kebersihan.
Sepasang muda-mudi itu terus mengayuh sepedanya solah tidak terjadi apa-apa di belakangnya. Si cewek pun biasa saja dan apatis, tidak berpikir bagaimana kalau suatu saat nanti dia diibaratkan sampah dan dibuang di pinggir jalan begitu saja, di campakkan dengan cara yang sama.
Perihal sampah, saya teringat musibah yang melanda Ibu Kota Jakarta di awal tahun ini. Rumah-rumah terendam, mobil-mobil terbawa arus, bahkan menelan korban jiwa. Akibatnya, kritik-kritik pedas pun dilayangkan kepada pemimpin provinsi tersebut. Saling menyalahkan sana-sini. Katanya, kurangnya resapan, kurangnya lahan hijau, dan seabrek alasan-alasan lainnya
Akan tetapi, ada satu hal yang kurang diperhatikan mengenai kebiasaan membuang sampah sembarangan. Kebiasaan itu terbukti banyaknya sampah yang hanyut dan menumpuk di bantaran kali di Jakarta. Oleh karenanya, sinergi antara masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi musibah tahunan tersebut.
Lalu bagaimana dengan Sumenep? Apakah akan sama nasibnya dengan Jakarta atau kota lainnya yang terkena banjir? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Jawaban “Iya” apabila masyarakat Sumenep tetap memiliki kebiasaan seperti yang diceritakan di atas. Buktinya saja ketika hujan lebat, jalan Dr. Cipto, jalan Ahmad Yani dan area taman bunga pun kebanjiran.
Selanjutnya, ketika ditelusuri apa yang menyebabkan itu terjadi? Ternyata jawabannya adalah sampah yang menyumbat gorong-gorong. Berikutnya, jawaban “Tidak” adalah jawaban yang paling diinginkan oleh masyarakat Sumenep. Kita tidak menginginkan Sumenep memiliki nasib yang sama dengan Jakarta atau kota-kota lain yang terkena banjir. Asal, keinginan tersebut harus diikuti pula dengan tindakan yang preventif melalui kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Usaha lain yang dapat dilakukan adalah adanya pendidikan sadar lingkungan. Pendidikan sadar lingkungan dapat dimulai dari keluarga, yang kemudian dilanjutkan di sekolah sampai pada tingkat perguruan tinggi. Pemerintah dapat bekerjasama dengan komunitas organisasi mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan untuk melakukan sosialisasi pendidikan sadar lingkungan.
Selanjutnya, seiring dengan usaha peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, masyarakat perlu diajak berpikir kreativ untuk mengolah sampah menjadi barang layak pakai dan ekonomis. Misalnya, menjadikan bungkus snack menjadi tas, dompet atau keranjang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan seluruh elemen semisal UKM dan wirausaha muda kreatif dan mandiri.
Jika kita sudah bersinergi semua, bahu-membahu membuat Sumenep yang aman dan nyaman, maka bolehlah kita bermimpi untuk menjadikan Kota Sumenep sebagai kota bersih dari sampah layaknya Kota Zurich di Swis atau Kota Adelaide di Australia yang mana masyarakat kedua kota tersebut memiliki kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan
Penulis adalah, Guru di SMU Plus Miftahul Ulum Tarate Sumenep