SAMPANG, Limadetik.com – Diakui atau tidak, masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Efek domino yang ditimbulkannya sungguh luar biasa, terutama sektor-sektor yang berhubungan dengan mobilitas dan aktifitas masyarakat sehari-hari. Tidak terkecuali sektor jasa angkutan semisal becak.
Becak adalah alat transportasi roda 3 yang notabene para penarik becak secara ekonomi berada di cluster low class (masyarakat dengan penghasilan rendah).
Seperti apa yang diungkap oleh Mat Sahwi (50 thn), seorang penarik becak asal Kelurahan Rongtengah Kecamatan/Kabupaten Sampang, Madura, Jawa timur yang biasa mangkal depan Gang Jalan Pemuda Baru Sampang kepada awak media Limadetik.com pada Sabtu (7/8/2021).
Dia mengungkapkan, sejak adanya pandemi covid-19 penghasilannya menurun drastis. Jika pada tahun 2017 hingga 2019 dirinya masih mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya karena penghasilannya masih stabil di angka 50 ribu hingga 75 ribu per hari. Namun sekarang penghasilannya menurun hingga 80%.
“Sejak adanya corona, gak ada orang keluar rumah, gak ada orang yang naik becak. Untuk mendapatkan seorang penumpang saja, itupun harus menunggu berjam-jam. Malah terkadang harus pulang tanpa penghasilan” ungkapnya.
Terkait penghasilan, pria yang menjadi tulang punggung keluarga tersebut mengumpamakan, jika tahun-tahun sebelumnya penghasilannya 5 maka untuk tahun ini hanya 1 atau 5 banding 1. Artinya penghasilan yang didapat hanya 20% bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Jangankan buat beli rokok, yang mau dimakan saja kadang gak ada. Beda dengan dulu. Ya maaf saja ya, bukannya sombong, dulu itu jika untuk mendapatkan hasil 75 ribu sampai 50 ribu per hari itu gampang. Tapi sekarang sulitnya minta ampun. Malah hampir 6 bulan belakangan ini keadaannya makin susah” ujarnya penuh rasa sedih.
Hal senada juga diungkapkan Hadowi (55 thn) penarik becak asal Jalan Pemuda Bahari Sampang. Dikatakannya, dirinya tetap bertahan dengan pekerjaannya sebagai penarik becak karena untuk mencari pekerjaan yang lain agak sulit. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Pemutusan hubungan kerja meningkat, banyaknya tempat usaha yang tutup karena sepinya pembeli dan pengunjung.
“Yeh mon sabben bisa atanak sakilo, tapeh mon sateah gun bisa atanak setenga kilo. Se penting bisa atanak cak lecak (Jika dulu bisa menanak nasi 1 kilo, tapi sekarang hanya bisa menanak nasi setengah kilo saja. Yang penting bisa menanak nasi meskipun lembek, red). Pekerjaan apapun akan saya lakukan, apa yang ada. Yang penting halal dan barokah. Jika gak bisa beli beras, ya beli singkong. Yang penting perut terganjal dan gak ada penyakit” ujarnya.
Pria dengan 5 orang anak ini menambahkan, Ia dan teman-teman seprofesinya memilih tempat pangkalan tersebut karena tempatnya yang strategis buat menunggu penumpang baik penumpang yang mau pulang dari pasar ataupun para santri yang hendak ke pasar atau bepergian ke tempat lain. Mereka selalu menggunakan jasa angkutannya, dan itu amat membantu perekonomiannya.
Namun sekarang, para santri tidak ada yang keluar pondok, baik untuk belanja dan keperluan lainnya karena adanya aturan terbaru dari pihak Ponpes yang harus membatasi mobilitas ditambah lagi jumlah pengunjung pasar yang berkurang karena harus menghindari kerumunan dengan pembatasan jumlah pengunjung dari pihak pengelola pasar rongtengah.
“Saya mulai tadi disini, nungguin penumpang sejak pukul 06.00 WIB hingga sekarang pukul pukul 10.00 WIB gak ada penumpang sama sekali. Dipasar Rongtengah sekarang jam 09.00 WIB dah sepi penumpang, dulu jam 11.00 WIB siang masih ada aja penumpang. Saking sepinya, saya sempat ngomong sama teman-teman, barangkali ada yang mau mengganti nomor antrian saya asal mereka mau membayar. Tapi mereka pada menolak dengan alasan sama-sama gak punya uang. Ya itung-itung buat beli beras tuk dimakan hari ini” tutur pria yang mengaku pernah menjadi sales gas elpiji namun harus berhenti karena mengidap penyakit wasir dan harus menjalani operasi.
Diakhir Hadowi berharap, pandemi ini cepat berakhir agar perekonomian cepat pulih kembali seperti sedia kala.
(MDS/YD)