
PAMEKASAN – limadetik.com, Eks anggota DPRD Pamekasan, Zamahsyari mengaku siap buka-bukaan terkait dugaan korupsi dana hibah kelompok masyarakat (pokmas) yang bersumber dari dana hibah pada Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur tahun 2022.
Pernyataan Zamahsyari siap membuka seluruhnya mengenai dugaan kasus dua proyek plengsengan yang menyebabkan ia sebagai tersangka disampaikan oleh tim kuasa hukum Yolies Yongki Nata.
“Kami siap membuka seluruh fakta yang kami ketahui terkait kasus yang menimpa terhadap klien kami, demi penegakan hukum dan transparan,” kata Yongki, Jumat (14/11/2024).
Pernyataan tersebut sebagai bentuk komitmen dalam menegakkan keadilan yang seadil-adilnya.
Yongki mengatakan mengenai dua objek lokasi pokmas yang menyeret kliennya tidak fiktif. Sebab, dua proyek tersebut dikerjakan dan berwujud (plengsengan).
“Proyek plengsengan yang dikerjakan pokmas Senja Utama berada di Kampung Klampok Bebe, Dusun Klampok, Desa Cenlecen, Kecamatan Pakong,” kata dia.
Lokasi kedua, berada di kampung Klampok Atas, Dusun Klampok, Desa Cenlecen, Kecamatan Pakong. Dikerjakan Pokmas Matahari Terbit.
“Penyimpangan dana hibah fiktif yang bagaimana.? Ini lokasinya jelas, berwujud. Apanya yang fiktif? dan tidak ada kerugian negara yang di timbulkan dari pekerjaan klien saya” terang Yongki.
Kuasa hukum Zamahsyari ini lebih rinci menjelaskan bahwa di Desa Cenlecen memang ada dua proyek berbeda, yakni Dana Alokasi Umum (DAU) berupa saluran air dan proyek plengsengan hibah Pemprov Jatim.
“Dua proyek berbeda ini, memang berada di Desa Cenlecen. Tapi beda lokasi. Kalau dua saluran air itu karena harus jalan kabupaten, maka berada Jalan Raya Cenlecen Kadduarah (masuk wilayah Dusun Klampok dan Klobungan, Desa Cenlecen), kemudian Jalan Raya Bandungan – Guluk-guluk (masuk Dusun Sumber Rajeh dan Klampok, Desa Cenlecen). Kalau dua proyek plengsengannya berada di Dusun Klampok di dua titik lokasi yang sudah disebutkan tadi,” ungkapnya.
Berdasarkan data tersebut, kata Yongki jika dua lokasi DAU saluran air ini dijadikan bahan untuk menyimpulkan bahwa proyek plengsengan yang dikerjakan Pokmas Senja Utama dan Pokmas Matahari Terbit itu fiktif, maka pihak Kejaksaan Negeri Pamekasan salah objek lokasi.
“Ini dapat kami pastikan bahwa Kejari Pamekasan ‘error in objecto’ dalam melakukan dakwaan terhadap klien kami Zamahsyari,” ungkapnya.
Yongki menilai Kejaksaan Negeri Pamekasan tergesa-gesa dalam penanganan perkara yang menjerat Zamahsyari sebagai tersangka di kasus dugaan proyek plengsengan fiktif.
“Untuk itu, kami meminta Kejaksaan Negeri Pamekasan untuk meninjau ulang bersama Dinas PUPR Pamekasan dan Dinas Cipta Karya Pemprov Jatim, serta Inspektorat Provinsi Jatim, untuk memastikan pekerjaan DAU atau plengsengan yang dijadikan sebagai petunjuk dalam menetapkan klien kami sebagai tersangka,” ujarnya.
Terlepas dari kasus tersebut, ia mempertanyakan kasus-kasus yang ditangani Kejaksaan Negeri Pamekasan seperti kasus Mobil Sigap, KIHT, dan Wamira mart, hingga kasus tukar guling Tanah Kas Desa (TKD) di Desa Batu Kerbuy.
“Kalau berbicara kerugian negara, kasus-kasus di Pamekasan, seperti mobil Sigap dengan anggaran Rp36 miliar yang dilaporkan sejak 2021 belum ada progres, kasusnya hilang begitu saja. Ada apa dengan Kejari Pamekasan?,” pungkas Yongki.
Sebelumnya, Zamahsyari ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pengerjaan proyek fiktif pokmas di desa Cenlecen kecamatan Pakong.
Mantan anggota DPRD Pamekasan ini ditetapkan sebagai tersangka usai menjalani pemeriksaan selama 6 jam di Kejari Pamekasan terhitung dari pukul 10.00 sampai dengan 16.00 WIB.
Zamahsyari langsung ditahan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi bantuan dana hibah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPRKPCK) Pemprov Jatim Tahun 2022 pada pertengahan Juli 2023.