Acara Rembuk Stunting di Trenggalek Dibuka Wakil Bupati Mochamad Syah Natanegara
LIMADETIK.COM, TRENGGALEK – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek, Jawa Timur benar-benar serius dalam upaya pencegahan stunting. Mengingat stunting dapat menjadi momok tumbuh kembang kesehatan anak sebagai generasi penerus Bangsa.
Melalui diskusi yang terarah diharapkan penanganan gagal tumbuh kembang anak itu bisa semakin masif dan optimal. Apalagi upaya penurunan angka stunting ini menjadi salah satu atensi dari Pemerintah pusat.
Sesuai data yang ada, angka stunting di Kabupaten Trenggalek saat ini sebesar 19%. Dari angka tersebut Pemerintah Kabupaten Trenggalek berkomitmen menurunkan menjadi 14% di tahun 2024 sesuai dengan target nasional.
Sangat disayangkan bila tumbuh kembang anak menjadi terhambat karena faktor stunting. Menyikapi Masalah Kesehatan Nasional tersebut berbagai Inisiasi pengendalian stunting terus dilakukan.
Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Wakil Bupatinya, M. Syah Natanegara membuka Forum rembuk stunting di Rumah coklat, Kecamatan Karangan, Kamis (7/3/2023).
“Untuk mewujudkan itu, tentunya bukan perkara mudah, perlu ada upaya serius dan dukungan dari semua pihak,” pesan Wabup Syah.
Lebih lanjut Syah mengajak semua pihak, khususnya tamu undangan yang merupakan bagian dari Alat Pemerintah untuk konsen dan sangat betul – betul serius menyikapi masalah Kesehatan Nasional tersebut.
“Kita yang hadir disini mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama untuk bagaimana kita menghasilkan generasi emas. Ini semua tidak ada bedanya mulai saya pribadi pak Sekda dan semuanya,” tegas Syah.
Selain OPD beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, dalam rembuk stunting tersebut turut hadir dr. Kasman, M.Pd., selaku perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur.
Dalam penyampaiannya, untuk mencegah stunting salah satunya perlu merubah perilaku dan pola pikir masyarakat yang dewasa ini banyak pemahaman yang perlu diedukasi.
“Ada sebagian masyarakat yang masih menganggap asi ekslusif itu kotor. Padahal asi eksklusif ini justru istimewa bagi tumbuh kembang bayi,” terang dr. Kasman.
Disisi lain dr. Sunarto, Plt. Kepala Dinas Kesehatan PPKB Kabupaten Trenggalek, melanjutkan ada 2 upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting, yaitu secara spesifik dan secara sensitif.
“Untuk di pusat pengampu upaya spesifik adalah Kementerian Kesehatan, sedang untuk upaya sensitif diampu BKKBN,” terangnya.
Trenggalek sendiri Dinas Kesehatan dan KB menjadi satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk itu melalui kegiatan Rembuk Stunting ini pihaknya mengajak seluruh stakeholder yang ada untuk berupaya bersama sehingga langkah upaya yang dilakukan bisa semakin padu.
Masih menurut dr. Sunarto, usia 2 tahun merupakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pada usia tersebut adalah kesempatan untuk anak – anak bisa berkembang dengan baik.
“Ketika anak itu bisa diatasi kurang dari 2 tahun, niscaya sampai 90% tidak akan terjadi stunting” pungkasnya.