Scroll Untuk Membaca Artikel
Artikel

Fakta Pedagang Asongan di RSUD dr. Moh Anwar Sumenep

×

Fakta Pedagang Asongan di RSUD dr. Moh Anwar Sumenep

Sebarkan artikel ini
Fakta Pedagang Asongan Di RSUD dr. Moh Anwar Sumenep
FOTO: Kakek Niswan, dikerubungi pembeli

Fakta Pedagang Asongan di RSUD dr. Moh Anwar Sumenep

ARTIKEL – Catatan ini saya mulai pukul 20.37 WIB, tepat setelah 20 menit saya bersama kakek Niswan, seorang pedagang asongan yang mangkal di area RSUD Dr. Moh. Anwar, dekat apotek, Sabtu malam (17/6).

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Kakek periang dari desa Benasare, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini, didatangi banyak pembeli. Dalam hitungan menit, puluhan keluarga pasien, bahkan mahasiswa kesehatan yang sedang magang, silih berganti datang.

Sebelum saya pamit pergi, popcorn kampung yang kakek Niswan jual sudah ludes. Mungkin karena tempat mangkalnya sangat strategis. Selain dekat dengan apotik, tempat keluarga pasien antre, lapak kakek Niswan juga berada tepat di depan pintu masuk utama menuju ruang pasien.

Oh iya, selain popcorn kampung, kakek Niswan juga menjajakan kacang rebus, air mineral, telur puyuh dan kacang goreng. Alas dagangannya hanya kardus bekas air mineral, lusuh dan tidak rapi. Namun begitu, cara kakek Niswan melayani pembeli, sungguh sangat mahal sekali.

Meski kulitnya sudah legam, kerut usianya tidak bisa lagi disembunyikan, namun cara kakek Niswan tersenyum dan bertegur sapa dengan pembeli yang datang sungguh menyenangkan. Berada di sampingnya, saya sering tersenyum sendirian.

Sebelum memulai percakapan dan meminta izin untuk mengambil foto, saya membeli popcorn kampung kakek Niswan. Dan seperti kepada pembeli yang lain, saya diperlakukan penuh riang gembira. Saat itu, saya merasa terhibur juga.

Tidak lama, saat tidak ada pembeli yang menghampiri, kakek Niswan mulai cerita dengan santai sekali. Katanya, sejak sore hari, dia sudah mempersiapkan semua yang akan dijajakan.

Biasanya, bersama pedagang asongan lain, dia berangkat dengan cara rombongan. Namun, jika mobil yang disewa telah penuh, dia ngojek: tapi lebih mahal 5 ribu, jelas kakek Niswan dengan wajah tua yang ceria.

Dulu, lanjut kakek Niswan, dia adalah penarik becak. Kala itu, sekitar tahun 1988, pendapatannya terbilang mentereng. Namun, setelah banyak warga memiliki kendaraan pribadi, dia menarik diri dari gelanggang penarik besi beroda tiga itu.

Kakek Niswan juga menceritakan bahwa, menjadi pedagang asongan, juga terbilang cukup lama. Menurut pengakuannya, dia sudah menggelar lapak di RSUD Dr. Moh. Anwar ketika rumah sakit plat merah ini hanya memiliki satu bangunan saja.

Saat itu, di area rumah sakit, kakek Niswan bisa tidur berjam-jam. Untuk keluar dan masuk area rumah sakit, tidak ada halangan dan rintangan.

Namun, akhir-akhir ini ia mengaku kesulitan. Di antaranya karena area rumah sakit sudah dijaga satpam. Bahkan, yang mengejutkan, untuk memarkir kendaraan, orang-orang harus berbicara dengan barrier gate: sekarang harus bicara dengan pagar dulu, ujarnya sambil terkekeh.

Namun demikian, meskipun kakek Niswan merasakan sekian banyak perubahan, nada bicaranya tidak sedikitpun menyiratkan keberatan. Dugaan saya, rasa sabar dan rasa syukur kekak Niswan sudah kebal dengan kejamnya kemajuan zaman.

Setelah satu jam lebih kami bersama, melihat kelindan kebahagiaan proses jual beli di lapak kakek Niswan, saya berkesimpulan bahwa setiap rumah sakit perlu memberi ruang kepada pedagang asongan.

Pertama, kehadiran kakek Niswan di RSUD Dr. Moh. Anwar seperti menjadi titik jeda dari sekian panjangnya perasaan khawatir, cemas dan sengkarut perasaan lain karena ada sanak keluarga terbaring dengan sakit yang diderita.

Kakek Niswan, pedagang asongan yang ditemani oleh becaknya itu seperti menjadi spektrum kebahagiaan di tengah bejibunnya doa-doa dan harapan kesembuhan. Kakek Niswan seperti menjadi pijar kecil di tengah kepungan gulita.

Kehadiran kakek Niswan bukan sekedar berjualan. Bagi saya, dia dihadirkan oleh Tuhan untuk memberikan hiburan. Terbukti, saat keluarga pasien bertransaksi, mereka tampak ceria sekali. Mereka seakan istirahat sejenak, melepas beratnya suasana menegangkan dari rumah sakit yang didiami.

Kedua, kehadiran kakek Niswan di RSUD Dr. Moh. Anwar telah mengajarkan bahwa hidup musti setara. Karena keluarga pasien yang ada di rumah sakit tidak selalu orang berada. Maka, isi lapak asongan kakek Niswan bisa jadi sangat menggoda.

Lebih dari itu, pedagang asongan yang ramah dan sederhana, pasti sangat dibutuhkan oleh keluarga pasien yang secara ekonomi masih jauh dari kata sejahtera.

Sebab, kadang pasien yang datang berobat sedang menanggung hutang. Dan kakek Niswan, bisa menjadi sedikit penenang.

Kakek Niswan, harus terus ada di RSUD Dr. Moh. Anwar. Cara beliau menyapa, melepas humor saat jualan dan sesekali menggoda dengan ekspresi tubuhnya, patut menjadi contoh bagi kita semua.

Paling tidak, saya berharap kakek Niswan bisa menginspirasi para dokter, bidan dan perawat yang rutin bertugas. Jika sudah ada niat berprilaku ngegas, maka temuilah kakek Niswan. Keramahannya akan membuat semua orang kembali waras.

Terakhir, setelah pamit pada kakek Niswan, saya jadi teringat ucapan seorang teman yang bertugas di rumah sakit. Dia mengatakan, yang terbilang sulit dalam proses penyembuhan, adalah membuat keluarga dan pasien yang sedang dirawat mampu berpikir dan merasakan kebahagiaan.

NK Gapura (Jurnalis Muda Sumenep)
Sumenep, 18 Juni 2023

× How can I help you?