Scroll Untuk Membaca Artikel
Opini

Halau Galau Sebelum Depresi Menjelang

×

Halau Galau Sebelum Depresi Menjelang

Sebarkan artikel ini
IMG 20191114 WA0060
Sumenep, 14 November 2019
Limadetik.com, Oleh: Yant Kaiy

OPINI — Banyak berharap pada kesuksesan setelah lulus sekolah, ternyata kecewa yang menghampirinya. Kaum muda harus gigit jari setelah tidak memperoleh apa yang jadi impiannya. Mereka terkatung-katung dalam pengembaraan khayal tak berujung.

Setelah menghabiskan waktu belajarnya sampai perguruan tinggi dengan biaya yang tidak sedikit, endingnya mereka merana berkepanjangan. Mereka pun terpaksa bekerja dalam himpitan bakat yang tak berbanding lurus dengan ilmu yang didapatkan.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Minimnya lapangan kerja di berbagai sektor di Kabupaten Sumenep membuat mereka tidak betah di tanah kelahirannya. Mau tidak mau mereka pun hijrah agar tidak tergilas waktu. Mereka menambatkan impiannya pada lapangan kerja di luar Negeri. Seperti di Malaysia dan beberapa Negara Timur Tengah. Memang sungguh memprihatinkan realita ini.

Ungkapan “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo” merupakan baris kalimat yang menggambarkan keadaan bumi pertiwi Indonesia. Bahwa bumi Nusantara ini kekayaan alamnya sangat berlimpah dan masyarakatnya tidak galau. Ya, galau akan terhalau dengan sendirinya kalau kehidupan ekonomi masyarakat sudah makmur.

Sinyalemen galau kaum muda sejatinya bisa direspons oleh para pemangku kebijakan di daerah. Terutama para legislatif yang duduk di kursi empuk.  Bukankah legislatif corong suara rakyat yang punya taring tajam. Semestinya tidak tumpul dalam pembelaan kaum tertindas.

Tingginya angka pengangguran di Sumenep setiap Tahun terus bertambah. Hal ini menjadi bukti konkret tersumbatnya regulasi kepala daerah untuk membuka lowongan kerja pada perusahaan milik daerah setempat. Sesulit apakah dalam membuka lowongan kerja itu. Jangan tutup mata dan telinga terhadap fakta yang ada. Kaum muda tersebut adalah anak-anak bangsa yang berhak hidup sejahtera di daerahnya. Kita tidak pantas mendholimi mereka hanya karena kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Sebab pejabat daerah itu punya power finansial untuk hal ini. Bangun perusahaan yang bisa menyerap tenaga kerja di Sumenep. Bukankah hasil tangkap ikan laut di Sumenep begitu melimpah, hasil cabe rawit petani juga banyak, bahkan tembakau Sumenep pun menjadi incaran perusahaan rokok raksasa di Pulau Jawa. Tidak bisakah mendirikan perusahaan yang mampu mengcover seluruh tenaga kerja muda terampil.

Ingatlah kembali dengan ajaran Islam, bahwa kefakiran itu mendekatkan seseorang pada kekafiran. Kita menyadari, penduduk Kabupaten Sumenep mayoritas beragama Islam. Tak bisakah kita meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW yang memikirkan umat lebih dari dirinya sendiri.

Penulis adalah kontributor limadetik.com
× How can I help you?