Scroll Untuk Membaca Artikel
Sosbud

Komunitas Lintas Agama Surbaya Gelar Cangkruk Budaya dengan Tema “Merajut Budaya Toleransi”

×

Komunitas Lintas Agama Surbaya Gelar Cangkruk Budaya dengan Tema “Merajut Budaya Toleransi”

Sebarkan artikel ini
IMG 20191115 WA0176

SURABAYAlimadetik.com Dalam rangka mempererat toleransi antar umat beragama, kebudayaan dan komunitas maka perlu terus dirajut kebersamaan untuk membangun Bangsa, hal itulah yang membuat para komunitas lintas agama menggelar cangkrukan dengan tema “Merajut Budaya Toleransi” di Gereja Santo Aloysius Gonzaga, Surabaya.

Acara ini dihadiri sekitar 300 orang terdiri lintas komunitas, agama, suku dan ras. Adapun komunitas yang hadir antara lain Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Gerakan Gusdurian (Gerdu) Surabaya dan Sidoarjo, Klenteng Bone Bio dan yang lainnya.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Kegiatan cangkruk budaya ini berlangsung pada Jumat (15/11/2019) kemarin. Sebelum acara dimulai diadakan tour atau  kunjungan ke dalam Gereja Santo Aloysius Gonzaga dan dihibur oleh Hadrah dari Asshoutul Alma, stand up komedi dan lainnya. Dengan Narasumber Katholik – Jonathan, Gerdu Surabaya (Gerakan Gusdurian), Okky GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan).

“Dengan adanya kegiatan ini masyarakat mengetahui bahwa Surabaya pada khususnya memiliki toleransi antar umat yang sangat tinggi, hal ini dibuktikan tidak pernah terjadi gesekan antar umat beragama. Dan dengan kegiatan ini bisa lebih mempererat persatuan dan kesatuan untuk NKRI” kata Ketua Panitia, Dwi Ragil

Dwi Ragil menjelaskan, kegiatan ini sudah terprogram di Tahun 2018 bersama teman-teman dari Alkon memang ingin mengadakan kegiatan diskusi atau cangkrukan merajut budaya toleransi yang selalu kita gembar gemborkan. “Toleransi kepada masyarakat luas dan para pemuda Surabaya lebih saling mengenal, akan kebudayaan masing-masing, saling bergandengan tangan, tidak saling curiga dan tidak mudah dipecah belah.” ujarnya

Sementara itu dari perwakilan Klenteng Boen Bio bapak Liem Tiong, memaparkan, sangat bagus sekali, kita bicara tentang budaya lebih lunak dibandingkan agama, masuk di dalam pergaulan masyarakat lebih mudah karena budaya bisa menembus segala dimensi. Misalkan budaya Mocopat bisa di Kejawen, tapi juga ada di Konghucu bahkan Katolik juga ada, dengan isinya dari masing-masing agama.

“Tugas kita menjaga bagaimana budaya ini harus bisa bertahan. Jangan sampai budaya dibenturkan dengan agama, apabila budaya kita hancur maka Indonesia hancur.” paparnya. (stt/yt)

× How can I help you?