Peristiwa

Resah: Ketua FWP Sebut berita Nenek Bahriyah “Buta” Mengaburkan Fakta, Sarankan Media Koreksi Ulang

×

Resah: Ketua FWP Sebut berita Nenek Bahriyah “Buta” Mengaburkan Fakta, Sarankan Media Koreksi Ulang

Sebarkan artikel ini
Resah: Ketua FWP Sebut berita Nenek Bahriyah "Buta" Mengaburkan Fakta, Sarankan Media Koreksi Ulang
Ketua FWP Ongky Arista Ujang Arisandi saat memberikan pandangan kepada sejumlah kepala sekolah di kecamatan Tlanakan terkait tugas wartawan (Arif/Limadetik)

Resah: Ketua FWP Sebut berita Nenek Bahriyah “Buta” Mengaburkan Fakta, Sarankan Media Koreksi Ulang

LIMADETIK.COM, PAMEKASAN – Ketua Forum Wartawan Pamekasan (FWP) merasa resah dengan framing berita tentang Nenek Bahriyah yang disebut ‘buta’ dalam beberapa pemberitaan di media massa. Hal itu ia nyatakan lantaran judul berita “Buta” membuat jagat raya terhentak dan menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan.

Padahal, Ongky Arista Ujang Arisandi menyebut berdasarkan penelusuran yang dilakukan dirinya, nenek Bahriyah (61) tidak buta.

Nenek Bahriyah sebelumnya diberitakan “buta” dalam sebuah pemberitaan, lantaran lansia itu ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Pamekasan atas dugaan pemalsuan dokumen SPPT PBB yang dilaporkan oleh Sri Suhartatik yang merupakan keponakan sendiri. Kini, status tersangka tersebut telah ditangguhkan oleh Polres Pamekasan hingga proses perkara perdata yang ia laporkan ke PN setempat mendapat kekuatan hukum tetap atau ingkrah.

“Sejak beberapa hari lalu, saya resah. Melihat proses akurasi berita dikemas. Utamanya dalam kasus Bahriyah yang disebut “Buta” dalam judul sebuah berita. Keresahan ini karena setelah saya telusuri, Bahriyah tidak buta. Dia masih bisa melihat,” kata Ongky dalam rilis yang diterima media ini, Jum’at (29/04/2024).

Menurutnya, bukti bahwa Nenek Bahriyah bisa melihat alias tidak buta _pure_ buta atau masih bisa melihat adalah pada;
– video Bahriyah sedang melipat baju.

“Konfirmasi saya kepada wartawan TV MNC Deddy dan K-TV Romlah. Kedua wartawan menyebut Bahriyah bisa melihat,”

“Konfirmasi saya secara langsung kepada anak Bahriyah bernama Fauzi. Dia mengatakan, ibunya masih bisa melihat namun memang menderita katarak.
– analisis gerak mata berupa video yang saya sodorkan kepada dokter spesialis mata bahwa Bahriyah tidak mengalami kebutaan,” terang Pemred Media Jatim ini.

Selain itu, Ongky mengatakan, pernyataan penyidik bahwa Bahriyah tidak buta mengacu pada kondisi saat Bahriyah diperiksa oleh Polres Pamekasan dalam kasus pemalsuan dokumen SPPT PBB/NOP.

“Kita tahu bahwa berita tidak boleh memakai kata ambigu. Kata buta pada judul di sejumlah berita tentang Bahriyah telah memicu perdebatan. Bahwa Bahriyah Buta. Namun, satu sisi mengaburkan fakta karena tidak buta.” lanjutnya.

Dia menjabarkan, dalam KBBI, buta tidak bisa melihat/tunanetra. Secara naluriah jurnalistik, kebenaran yang sesungguhnya harus disuarakan. Bahwa nenek Bahriyah tidak buta. Framing buta telah mengetengahkan apa yang tidak benar menjadi viral dan diadopsi sebagai kebenaran.

“Atas hal itu, saya mendorong media yang menulis nenek Bahriyah buta untuk melakukan koreksi dan kembali menggali fakta yang sesungguhnya. Sebab, adalah tugas wajib media mengoreksi setiap karya jurnalistik yang keliru mengangkat fakta,”

“Kata “Buta” juga telah mendudukkan yang kurang benar menjadi benar. Sementara di satu sisi, sejumlah media sudah menulis dengan fakta bahwa Bahriyah tidak buta. Perbedaan angle dan proses pengangkatan kata “Buta” dalam berita ini harus menjadi klir. Sehingga, ini menjadi pelajaran bersama pada kerja-kerja jurnalistik di Kabupaten Pamekasan,” tandasnya.