Scroll Untuk Membaca Artikel
Headline News

Jelang Akhir Tahun 2023, Pemkab Sumenep Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 20 Persen

×

Jelang Akhir Tahun 2023, Pemkab Sumenep Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 20 Persen

Sebarkan artikel ini
Jelang Akhir Tahun 2023, Pemkab Sumenep Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 20 Persen
Kepala BPS Sumenep, Ribut Hadi Chandra

Jelang Akhir Tahun 2023, Pemkab Sumenep Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 20 Persen

LIMADETIK.COM, SUMENEP – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep terus melakukan langkah dan upaya menekan angka kemiskinan hingga diangka 14 persen secara nasional, bahkan, Bupati Achmad Fauzi berkeinginan berada diangka 12 persen pada tahun yang akan datang.

GESER KE ATAS
SPACE IKLAN

Upaya itu nampaknya telah membuahkan hasil, dimana saat ini angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep telah merangsek turun di bawah 20 persen, yakni 18,70 peren. Ini menandakan keseriusan Bupati Achmad Fuazi Wongsojudo dalam penangangan kemiskinan yang ada.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, pada 2021 angka kemiskinan di Sumenep mencapai 20,51 persen, memasuki 2022 menyisakan 18,76 persen. Kemudian pada 2023 kembali menurun 18,70 persen, tentu ada tren penurunan kuartal 6 bulan terakhir atau di penghujung tahun 2023.

Dalma satu kesempatan, Kepala BPS Kabupaten Sumenep, Ribut Hadi Chandra saat dimintai keterangannya mengatakan, angka kemiskinan itu diketahui dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran (Modul KP) periode Maret 2023.

“Tren penurunan terus terjadi, dan hasilnya memang angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep hasil Susenas periode Maret 2023, diketahui 18,70 persen, dan saat ini masih terus menurun” katanya.

Menurut Chandra, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.

Kata dia, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Namun tren itu terus tepantau bergerak pada penurunan yang cukup baik.

“Kita (BPS, red) memakai metode ini sejak 1998, sehingga hasil penghitungan konsisten dan terbanding dari waktu ke waktu,” pungkas Chandra.

× How can I help you?