Headline News

Terkait Persoalan PWI Sampang WO saat AJS Gelar Diskusi, Begini Jawaban Miftahul Ulum

×

Terkait Persoalan PWI Sampang WO saat AJS Gelar Diskusi, Begini Jawaban Miftahul Ulum

Sebarkan artikel ini
Terkait Persoalan PWI Sampang WO saat AJS Gelar Diskusi, Begini Jawaban Miftahul Ulum
FOTO: Kegiatan diskusi yang digelar AJS pada Kamis 15 Juni 2023

Terkait Persoalan PWI Sampang WO saat AJS Gelar Diskusi, Begini Jawaban Miftahul Ulum

LIMADETIK.COM, SUMENEP – Terkait persoalan PWI Sampang yang WO atau keluar dari ruangan diskusi yang digelar Aliansi Jurnalis Sampang (AJS) pada Kamis 15 Juni 2023 lalu, dimana sebelumnya media ini memberitakan, bahwa “Acara Diskusi yang Digelar oleh AJS Tercoreng oleh Anggotanya” akhirnya mendapat jawab dari yang dimaksud, yakni Miftahul Ulum.

Dalam klarifikasi sekaligus jawabannya kepada media ini, Miftahul Ulum menyatakan, bahwa yang minim etika dan tidak sopan adalah Fathor Rahman. Sebab, Fathor Rahman saat itu bukan hanya melakukan interupsi normal tapi lebih ke semacam berteriak-teriak secara berkesinambungan sampai menggangu proses penyampaian pertanyaan terakhir dari Miftahul Ulum.

”Justeru yang tidak sopan dan tidak beretika itu Fathor Rahman yang berteriak-teriak tanpa henti sampai mengganggu saya yang mau menyampaikan pertanyaan terakhir. Dan hanya dia yang teriak-teriak lantang tak henti-henti, jadi saya anggap itu bukan interupsi tapi menggangu makanya saya bereaksi balik atas perilaku Fathor Rahman yang sangat menggangu itu,” cerita Miftahul Ulum kepada media ini, Rabu (5/7/2023).

Menurut Miftahul Ulum, tidak benar bahwa semua peserta forum diskusi melakukan interupsi saat itu. Yang benar, sebagian peserta yang berada di meja bagian barat saja di mana fathor Rahman juga duduk di situ, yang melakukan interupsi. Itupun sebatas interupsi wajar dan tidak berteriak-teriak secara terus menerus sehingga Miftahul Ulum santai saja, tanpa reaksi apapun, karena sudah nego dengan moderator dan diizinkan.

”Jadi, moderator bukan tidak bisa menghentikan ya, tapi memang mengizinkan karena waktu masih cukup. Setiap penyanya punya trik dan cara tersendiri untuk nego dengan moderator, dan kalau moderator sudah mengizinkan seharusnya peserta forum yang lain bisa menerima karena moderatorlah pemegang kendali forum. Mengapa saya dizinkan bertanya lebih dari satu? Karena saat bertanya saya langsung to the poin sehingga secara waktu masih lebih ringkas dari penanya yang lain, termasuk lebih ringkas dari waktu yang digunakan oleh Fathor Rahman yang masih muter-muter pake pendahuluan saat bertanya. Dan jumlah pertanyaannya tidak sampai lima poin” ungkapnya.

”Lha saya langsung ringkas, bahkan dengan sadar saya tidak meperkenalkan diri supaya efisien waktu. Cuma waktu itu Fathor Rahman teriak-teriak karena mungkin merasa jumlah pertanyaan saya lebih banyak dari pertanyaan dia. Lha dia gimana mau banyak pertanyaannya wong waktunya dipake buat muter-muter, tidak to the poin,” lanjutnya.

Ditanya mengapa saat bereaksi terhadap aksi teriakan Fathor Rahman sampai menyebut dengan kata tamu, Miftahul Ulum menyatakan bahwa setiap peserta forum diskusi ilmiah punya cara tersendiri untuk menghalau gangguan yang ingin menghalangi tersampaikannya ide, gagasan, dan pertanyaan. Itu merupakan kaidah umum yang dimengerti oleh semua pegiat forum ilmiah. Selain itu, Miftahul Ulum juga menyatakan bahwa tidak sopan kepada orang yang terlebih dahulu memulai ketidaksopanan adalah sebuah sedekah ilmiah.

”Mana ada orang bereaksi balik harus dirumuskan secara sopan dulu? Kan yang memulai ketidaksopanan itu Fathor Rahman. Sekarang gini lah, kita yang sama-sama peserta di dalam forum itu kemudian berteriak-teriak kepada sesama peserta forum, lalu mengapa yang diteriaki kemudian tidak boleh berteriak balik? Pas teriak-teriak Fathor itu lantang sekali, tapi giliran diteriakin balik langsung baper. Lucu kan,” ujarnya.

”Dalam sebuah forum itu, apalagi forum ilmiah, semua orang statusnya sama sebagai peserta. Maka, atribut ketua ini, pimpinan itu, presiden inilah, itu semua harus dilepas kalau dalam forum ilmiah. Kecuali di forum ngaji sorogan, ini forum tertinggi dalam budaya Madura,” imbuhnya. (*)